Belajar Menulis Aksara Jawa

Belajar Menulis Aksara Jawa

Berita yang menggembirakan tentang eksistensi huruf Jawa.  Aksara Jawa yang nyaris ditinggalkan dan hampir lenyap dari perhatian masyarakat Jawa sendiri. Di sekolah aksara Jawa hanya diajarkan sebagai bagian dari muatan lokal bahasa Jawa, masih kita jumpai secara khusus diajarkan kepada para siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Solo. (http://www.pikiran-rakyat.com/node/278283).

Pada hari Jumat (18/4/14), para siswa dari tiga SD, masing-masing SD Jayengan, SD Tumenggungan dan SD Sabrang Lor diajak mengenal lebih jauh sambil belajar menulis aksara Jawa di Museum Radyapustaka, dalam kegiatan "Sinau Nulis Aksara Jawa".

Kegiatan yang diprakarsai oleh "Mataya Arts and Haritage" itu, diselenggarakan dalam rangka memperingati "Hari Pusaka Dunia" 2014 atau "World Haritage Day". Kegiatan ini dilakukan karena selama ini banyak generasi muda yang sudah meninggalkan budaya, khususnya aksara Jawa. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mengembalikan kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya dan mengembalikan rasa memiliki terhadap aksara Jawa. Rasa memiliki generasi muda terhadap aksara Jawa sekarang sudah pudar. Banyak di antara mereka tidak tahu aksara Jawa, apalagi menuliskannya.

Kegiatan yang bersifat santai dan refresing, rekreatif  di Museum Radyapustaka yang tertua di Indonesia dan menyimpan banyak koleksi bertuliskan aksara Jawa ini, para siswa SD tidak hanya diajar menulis aksara Jawa, tetapi juga diberi pengetahuan tentang sejarah aksara Jawa agar mereka memahami asal-usul aksara Jawa.

Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menggugah rasa cinta generasi mudu untuk tetap memahami dan menghargai budaya Jawa dan aksara Jawa, yang dengan perlahan-lahan ditinggalkan masyarakat Jawa. Bahkan, kebudayaan asli daerah Jawa yang menyimpan nilai-nilai budaya tinggi sudah tergerus budaya asing.

Kegiatan ini menjadi penting, karena generasi muda harus belajar budaya daerah, khususnya Jawa di kalangan siswa. Karena para siswa merupakan calon penerus bangsa, perlu diajari mencintai budaya sendiri. Namun ironisnya, di sekolah pelajaran Bahasa Jawa sangat kurang alokasi waktunya.

Share this post